MEDICAL SURGICAL
PERAWATAN PRE OPERATIF
PENGKAJIAN
Point
penting dalam riwayat keperawatan preoperative :
Umur
Alergi terhadap obat,
makanan
Pengalaman pembedahan
Pengalaman anestesi
Tembakau, alcohol,
obat-obatan
Lingkungan
Kemampuan self care
Support system
PEMERIKSAAN
FISIK
Pengkajian
dasar preop dilakukan untuk :
Menentukan data dasar
Masalah pengobatan yang
tersembunyi
Potensial komplikasi s.d.
anestesi
Potensial komplikasi post
op.
Fokus
: Riwayat dan sitem tubuh yang mempengaruhi prosedur pembedahan.
A. System kardiovaskuler
Untuk
menentukan kekuatan jantung dan kemampuan untuk menttoleransi pembedahan dan
anestesi.
Perubahan
jantung à 39 % kematian
perioperatif.
B. Sisten pernapasan
Lansia,
smoker, PPOM à resiko atelektasis, kolap
jaringan paru.
à Mencegah pertukaran
oksigen/CO2
à Intoleransi karena
perubahan dalam dada dan paru.
à Regiditas cavum thoraks
dan menurunnya ekspansi paru à efisiensi ekskresi paru
terhadap anestesi menurun.
C. Renal system
Abnormal
renal fungsi menurunkan rata ekskresi obat dan anestesi
Skopolamin,
morphin à konfusi disorientasi
Neuorologi system :
Kemampuan
ambulasi ??
I. Muskulussceletal
Defomitas à mempengaruhi posisi intra
dan post-operasi
Artritis
à menerima posisi à nyeri post-operasi oleh karena
immobilisasi
1) Status Nutrisi
Malnutrisi,obesitas
à resiko tinggi pembedahan
Vit.
C , vit.B diperlukan untuk penyembuhan luka dan pembentukan fibrin.
Obesitas
à wondhiling menurun oleh karena
jaringan lemak tinggi
II. Psikososial asesment
Tujuan
: menentukan kemampuan coping
Informasi
Support
III. Laboratorium
Analisis:
- Pengetahuan kurang sehubungan dengan pengalaman pre-op
- Kecemasan sehubungan dengan pengalaman pre-op
Planning
:
Pengetahuan
kurang ( knowledge defisite )
Tujuan
: Klien mengatakan dan mematuhi prosedur pre-op
Mendemostrasikan teknik untuk mencegah komplikasi post-op
Intervensi
Fokus
: Edukasi pre-operasi
Informasi :
Informed consent, pembatasan diit, pre-operatip preparation,
post-op
exersice.
Informed
consent :
-
alasan pembedahan
-
pilhan dan resikonya
-
resiko pembedahan
-
resiko anestesi
Pembatasan
diit à NPO (nothing per oral )à 6 – 8 jam sebelum pembedahan
GI
(gastro intestinal ) preparasi :
-
mencegah perlukaan colon
-
melihat jelas area
-
mengurangi bacteri intestinal
Skin
preparasi
Tube,
drain, I V line
Post
– op exercise :
-
diaphragmatic breating
-
incestive spirometri
-
cougling and spinting the surgical wound
-
turning and leg exercise
Kecemasan :
Tujuan
: kecemasan clien menurun , menunjukkan relaksasi saat istirahat
Intervensi
:
-
preoperatip teaching
-
comunikatip
-
rest.
INTERVENSI
KLIEN INTRA OPERATIF
- Anggota Tim Pembedahan
Tim pembedahan terdiri dari :
Ahli bedah
Tim pembedahan dipimpin oleh ahli
bedah senior atau ahli bedah yang sudah melakukan operasi.
Asisten pembedahan (1orang
atau lebih) asisten bias dokter, riside, atau perawat, di bawah petunjuk ahli
bedah. Asisten memegang retractor dan suction untuk melihat letak operasi.
Anaesthesologist atau
perawat anaesthesi.
Perawat anesthei memberikan obat-obat
anesthesia dan obat-obat lain untuk mempertahankan status fisik klien selama
pembedahan.
Circulating Nurse
Peran vital sebelum, selama dan
sesudah pembedahan.
Tugas :
- Set up ruangan operasi
- Menjaga kebutuhan alat
- Check up keamanan dan
fungsi semua peralatan sebelum pembedahan
- Posisi klien dan
kebersihan daerah operasi sebelum drapping.
- Memenuhi kebutuhan klien,
memberi dukungan mental, orientasi klien.
Selama pembedahan :
-
Mengkoordinasikan aktivitas
-
Mengimplementasikan NCP
-
Membenatu anesthetic
-
Mendokumentasikan secara lengkap drain, kateter, dll.
Surgical technologist atau
Nurse scrub; bertanggung jawab menyiapkan dan mengendalikan peralatan steril
dan instrumen, kepada ahli bedah/asisten. Pengetahuan anatomi fisiologi dan
prosedur pembedahan memudahkan antisipasi instrumen apa yang dibutuhkan.
B.
Penyiapan kamar dan team pembedahan.
Keamanan
klien diatur dengan adanya ikat klien dan pengunci meja operasi. Dua factor
penting yang berhubungan dengan keamanan kamar pembedahan : lay out kamar
operasi dan pencegahan infeksi.
1).
Lay Out pembedahan.
Ruang
harus terletak diluar gedung RS dan
bersebelahan dengan RR dan pelayanan pendukung ( bank darah, bagian pathologi
dan radiology, dan bagian logistik).
Alur
lalu lintas yang menyebabkan kontaminasi dan ada pemisahan antara hal yang
bersih dan terkontaminasi à design (protektif,
bersih, steril,dan kotor).
Besar
ruangan tergantung pada ukuran dan kemampuan rumah sakit.
Umumnya
:
Kamar terima
Ruang untuk poeralatan bersih dan kotor.
Ruang linen bersih.
Ruang ganti
Ruang umummuntuk pembersihan dan sterilisasi alat.
Scrub area.
Ruang operasi terdiri dari :
Stretcher atau meja operasi.
Lampu operasi.
Anesthesia station.
Meja dan standar instrumen.
Peralatan suction.
System komunikasi.
2).
Kebersihan dan Kesehatan Team Pembedahan.
Sumber
utama kontaminasi bakteri à teammpembedahan yang
hygiene ¯ dan kesehatan ¯ ( kulit, rambut, saluran
pernafasan).
Pencegahan
kontaminasi :
Cuci tangan.
Handscoen.
Mandi.
Perhiasan (-).
3).
Pakaian bedah.
Terdiri
: Kap, Masker, gaun, Tutup sepatu, baju OK.
Tujuan:
Menurunkan kontaminasi.
4).
Surgical Scrub.
Cuci
tangan pembedahan dilakukan oleh :
Ahli Bedah
Semua asisten
Scrub nurse.
à sebelum menggunakan sarung tangan
dan gaun steril.
Alat-alat:
Sikat cucin tangan reuable
/ disposible.
Anti microbial : betadine.
Pembersih kuku.
Waktu
: 5 – 10 menit à dikeringkan dengan handuk
steril.
- ANASTHESIA.
Anasthesia
( Bahasa Yunani) à Negatif Sensation.
Anasthesia
menyebabkan keadaan kehilangan rasa secara partial atau total, dengan atau
tanpa disertai kehilangan kesadaran.
Tujuan:
Memblok transmisi impuls syaraf, menekan refleks, meningkatkan relaksasi otot.
Pemilihan
anesthesia oleh anesthesiologist berdasarkan konsultasi dengan ahli bedah dan
factor klien.
1).
Type Anasthesia:
Perawat perlu mengenal cirri
farmakologic terhadap obat anesthesia yang digunakan dan efek terhadap klien
selama dan sesudah pembedahan.
a). Anasthesia umum.
Adalah keadaan kehilangan kesadaran
yang reversible karena inhibisi impulse saraf otak.
Misal
: bedah kepala, leher. Klien yang tidak kooperatif.
Stadium Anesthesia.
-
Stadium I : Relaksasi
-
Mulai klien sadar dan kehilangan kesadaran secara bertahab.
-
Stadium II: Excitement.
-
Mulai kehilangan kesadaran secara total sampai dengan pernafasan yang iregulair dan pergerakan
anggota badan tidak teratur.
-
Stadium III : Ansethesi pembedahan..
-
Ditandai dengan relaksasi rahang ,respirasi teratur,
penurunan pendengaran dan sensasi nyeri.
-
Stadium IV : Bahaya.
-
Apnoe, Cardiapolmunarry arrest, dan kematian.
Metode Pemberian
Inhalasi , IV injection. Instilasi
rectal
Inhalasi
Metode
yang paling dapat dapat dikontrol karena
intak dan eliminasi secara primer oleh paru.
Obat anesthesia inhalasi yang
diberikan :
1. Gas: Nitrous Axida ( N20).
Padling
sering digunakan gas yang tidak b erwarna, tidak berbau. Non iritasi dengan
masa induksi dan peulihan yang cepat.
2. Folatile: Cairan yang
dapat menguap.
a. Halotan : non iritasi
terhadap saluran pernafasan dan menghasilkan mual dan muntah yang minimal pada
post op. Halotan dapat menekan pada system cardiovaskuler ( Hypotensi dan
Bradicardia). Dan berpengaruh terhadap hypotalanus.
b. Ethrane. Anasthesi
inhalasi yang menghasilkan relaksasi otot yang adekwat. Ethrane mengurangi
vintilasi klien.dan menurunkan tekanan darah.
c. Penthrane. Pelemas otot
yang efektif dan memberikan efek analgetik pada konsentrasi rendah, toksik pada
ginjal dan hanya digunakan untuk pembedahan waktu pendek.
d. Forane. Muscle relaksan, cardio vascular tetap
stabil.
Anesthesi
Injeksi IV.
Memberikan
perasaan senang., cepat dan pelepasan obat secara pelan.
- Barbiturat. Sering digunakan, bekerja langsung pada CNS dari sedasi sedang sampai kehilangan kesadaran, sedikit mengurangi nyeri.
Thiophental sodium;
-
Skart acting
-
Suplement N20 pada operasi singkat.
-
Hipnotik pada
anesthesia regional.
-
Depresan paten
terhadap sistem jantung dan paru
- Narcotik:
-
Suplement anesthesia inhalasi
-
Narkotik yang sering digunakan morphin sulfat, meperidine,
dan Fentanil Sitrate.
-
Analgesia post op yang adekwat.
-
Menurunkan ventilasi alveolar dan depresan pernafasan.
c. Inovar.
-
Kombinasi Fentonil sitrat dan Tranguilizer Dropreridol.
-
Digunakan dosis kecil untuk supplement N20 dan anesthesia
regional.
-
Durasi panjang depresi pernafasan, hypoventilasi, apnea,
hypotensi selama posat op.
- Ketamine:
-
Obat anesthesia yang tersendiri.
-
Bekerja pada bagian syaraf teretentu.
-
Diberikan pada IV atau IM.
-
Menyebabkan penurunan kesadaran secara cepat, analgetika
tanpa depresi pernafasan atau kehilangan tonus otot.
-
Merangsang sitem cardiovascular.
-
Digunakan : Diagnostik, pembedahan singkat, supplement N20.
-
Selama pemberian: mimpi buruk, halusinasi, tindakan
irrational.
e. Neuromusculer brochler.
-
muscle relaksan selama pembedahan.
-
Mempermudah pemasangan GT Tube
-
Bekerja pada garis otot tubuh dengan mempengaruhi impuls pada
motor end plate.
Komplikasi
anesthesia umum:
Komplikasi
jarang tetapi dapat mengancam jiwa.
-
Komplikasi sebagian besar minor sebagai akibat tehnik
intubasi seperti gigi patah atau trauma vocal cord. Dapat terjadi akibat
hyperektensi leher, rongga mulut kecil, sendi mandibuler yang kaku.
-
Anesthesia overdosisà pada orang tua atau
kelainan klien.
-
Hypertermia Maligna.
Kerusakan pada membran sel otot à circulasi calcium , à rata-rata mertabolisme meningkat dan suhu tubuh 46 derajad
celcius. Terjadi pada klien yang
sensitip pada halothane, penthran, succinyl clorida .
Gejala
: tacicardi, peningkatan suhu tubuh yang kontinus, sianosis , hipotensi, kaku
otot, aritmia .
Tindakan
:
-
Operasi dihentikan, pendinginan dengan cairan es IV.
-
Lavage es nasogastric
-
Secara simultan diberikan diuretic, oksigen 100 %.
b). Anestesi local atau
regional
Anestesi local atau regional secara sementara memutus
transmisi impuls saraf menuju dan dari lokasi khusus. Luas anestesi
tergantung :
-
Letak aplikasi
-
Volume total anestesi
-
Kosentrasi dengan kemampuan penetrasi obat
Penggunaan regional anestesi :
-
Kontra indikasi general anestesi
-
Klien mengalami reaksi yang merugikan dengan general anestesi
-
Pilihan klien
Komplikasi :
-
Over dosis
-
Teknik pemberian yang salah
-
Sensitifitas klien terhadap anestesi
Tanda :
Stimulasi CNS diikuti depresi CNS dan
cardio:
Gelisa, pembicaraan incoherent, sakit
kepala, mata kabur, rasa metalik, mual, muntah, tremor,konfulsi dan peningkatan
nadi respirasi , tekanan darah
Komplikasi local : Edema,peradangan,
abses, necrosis,ganggren.
Teknik pemberian
Anestesi Topikal
Pemberian secara langsung pada
permukaan area yang dianestesi
Bentuk: Salep atau spray.
Sering digunakan : prosedur diagnotik
atau intubasi , l;aringoskopi, cistocopi.
Masa kerja 1 (satu ) menit, lama kerja 20 – 30 menit
1. Lokal anestesi
Injeksi obat anestesi secara I C dan
S C ke jaringan sekitar insisi , luka atau lesi.
2. Field Block
Injeksi secara bertahab pada
sekeliling daerah yang dioperasi
( hjerniorraphy , dental prosedur
,bedah plstik )
3. Nerve Block
Injeksi obat anestesi local ke dalam
atau sekitar saraf atau saraf yang mempesarafi daerah yang dioperasi . Block
saraf memutus transmisi sensasi ,motor, sympatis.
Tujuan : mencegah nyeri selama
prosedur dianostik, mengurangi nyeri dan meningkatkan sirkulasi pada penyakit
vascular.
Contoh : lidocain ( xilocain )
Bupivacain ( makain )
Ephineprin à potensiasi
4. Spinal Anestesi / Intra techal
Dicapai dengan injecsi obat anestesi
ke dalam ruang sub orachonoid.
Pada
L 2 – 3 atau L 3 – 4.
Absorsi ke erat saraf terjadi secars cepat dan menghasilkan
analgesia dengan relaksasi.
Efektif untuk operasi abdomen dan
panggul.
Pengkajian :
Di ruang penerimaan perawat
sirkulasi:
-
Memvalidasi identitas klien.
-
Memvalidasi inform concent.
-
Chart Review.
-
Memberikan informasi yang dibutuhkan untuk mengidentifikasi
kebutuhan actual dan potensial selama pembedahan.
-
Mengkaji dan merencanakan kebutuhan klien selama dan sesudah
operasi.
-
Perawat menanyakan.:
-
Riwayat allergi, reaksi sebelumnya terhadap anesthesia atau tranfusi darah.
-
Check riwayat kesehatan dan pemeriksaan fisik.
-
Check pengobatan sebelumnya : therapy, anticoagulasi.
-
Check adanya gigi palsu, kontaks lens, perhiasan, wigs dan
dilepas.
-
à Kateterisasi.
Analisis:
- Potensial for injury s.d aanesthesia, posisi intra operatif dan bahaya lain dari lingkungan intra operatif.
- Gangguan integritas kulity s.d luka operasi.
- Gangguan pertukaran gas s.d anesthesia
- Defisit volume cairan s.d kehilangan darah dan cairan tubuh selama pembedahan.
Perencanaan.:
Potensial
For Injury.
Tujuan::
Klien akan dipertahankan dalam keadaan anesthesia yang aman selama
pembedahan dan bebas dari perlukaan
peralatan operasi.
Intervensi:
-
Persiapan dan penggunaan obat anesthesia yang tepat.
-
Positioning à posisi yang tepat.
Untuk menjamin posisi yang tepat
dikaji : kesesuaian fisiologiss, perubahan sirkulasi yang minimal, proteksi
struktur tulang dan neuromusculair, penggunaan dan lokasi IV line, cara
anesthesia, keamanan dan keselamatan klien.
-
Penggunaan peralatan elektrik. Lempeng grounding yang
ditutupi jeli tidak menekan tubuh.
-
Chek hati-hati alat / electrosurgical à mencegah luka bakar.
Gangguan integritas kulit:
Tujuan: Klien akan mengalami gangguan
integritas kulit yang dan kontaminasi yang minimal.
Intervensi:
-
Plastic adhesive drape setelah daerah pemebdahan dibersihkan
dan kering.
-
Penutupan kulit:
-
Tujuan:
-
Menutup lumen pembuluh darah.
-
Mencegah perdarahan dan kehilangan cairan tubuh.
-
Mencegah kontaminasi luka.
Dua factor yang menentukan kekuatan
penutupan luka :
-
Materi jaahitan.
Ahli bedah akan memilih metode dan
type penutupan kulit berdasarkan letak incisi, ukuran dan kedalaman luka, usia
dan riwayat medik klien.
-
Staples dan plester digunakan untuk menutup luka
superfisialis atau epidermis.
Benang jahit : Absorbable dan non
absorbable.
Ukuran benang : 0.-5, 2 – 0 –11- 0.
INTERVENSI
KLIEN POST OPERASI.
Stadium
ketiga dan terakhir dari perioperasi adalah bila klien masuk ruang pulih sadar,
ruang PAR, atau PACU.
Selama
periode post operative, klien dirawat oleh perawat di ruang PAR ( Post
Anesthesia Recovary ) dan unit setelah di pindah dari ruang pemulihan.
Waktu
yang diperlukan tergantung umur dan kesehatan fisik, type pembedahan,
anesthesia dan komplikasi post operasi.
Perawat
sirkulasi, anesthesiologist / perawat anesthesia dan ahli bedah mengantar klien
ke area recovery à awal periode post
operasi.
Ahli
bedah atau anesthesiologist mereview catatan klien dengan perawat PACU dan
menjelaskan type dan luasnya pembedahan, type anesthesia, kondisi pathologist,
darah, cairan intra vena, pemberian obat, perkiraan kehilangan darah dan
beberapa trauma intubasi.
Pengkajian;
Setelah
menerima laporan dari perawat sirkulasi, dan pengkajian klien, perawat mereview
catatan klien yang berhubungan dengan riwayat klien, status fisik dan emosi, sebelum
pembedahan dan alergi.
Pemeriksaan fisik dan manifestasi klinik..
System pernafasan.
Ketika
klien dimasukan ke PACU, Perawat segera mengkaji klien:
- Potency jalan nafas, à meletakan tangan di atas mulut atau
hidung.
- Perubahan pernafasan (
rata-rata, pola, dan kedalaman). RR <
10 X / menit à depresi narcotic,
respirasi cepat, dangkal à gangguan cardiovasculair
atau rata-rata metabolisme yang meningkat.
- Auscultasi paru à keadekwatan expansi paru,
kesimetrisan.
- Inspeksi: Pergerakan
didnding dada, penggunaan otot bantu pernafasan diafragma, retraksi sternal à efek anathesi yang berlebihan, obstruksi.
Thorax Drain.
Sistem Cardiovasculer.
Sirkulasi
darah, nadi dan suara jantung dikaji tuiap 15 menit ( 4 x ), 30 menit (4x). 2
jam (4x) dan setiap 4 jam selama 2 hari jika kondisi stabil.
Penurunan
tekanan darah, nadi dan suara jantung à depresi miocard, shock,
perdarahan atau overdistensi.
Nadi
meningkat à shock, nyeri,
hypothermia.
Kaji
sirkulasi perifer ( j\kualitas denyut, warna, temperatur dan ukuran ektremitas.
Homan’s
saign à trombhoplebitis pada
ekstrimitas bawah ( edema , kemerahan,
nyeri).
a. Keseimbangan cairan dan elektrolit
-
Inspeksi membran mukosa : warna dan kelembaban, turgor kulit,
balutan.
-
Ukur cairan à NG tube, out put urine,
drainage luka.
-
Kaji intake / out put.
-
Monitor cairan
intravena dan tekanan darah.
Sistem Persyarafan.
-
Kaji fungsi serebral dan tingkat kersadaran à semua klien dengan anesthesia umum.
-
Klien dengan bedah kepala leher : à respon pupil, kekuatan otot, koordinasi.
Anesthesia umum à depresi fungsi motor.
Sistem perkemihan.
- Kontrol volunteer fungsi
perkemihan kembali setelah 6 – 8 jam
post anesthesia inhalasi, IV, spinal.
Anesthesia , infus IV, manipulasi operasi à retemnsio urine.
Pencegahan : Inspeksi, Palpasi,
Perkusià abdomen bawah (distensi
buli-buli).
- Dower catheter à kaji warna, jumlah urine, out put
urine < 30 ml / jam à komplikasi ginjal.
Sistem Gastrointestinal.
-
Mual muntah à 40 % klien dengan GA
selama 24 jam pertama dapat menyebabkan stress dan iritasi luka GI dan dapat
meningkatkan TIK pada bedah kepala dan leher serta TIO meningkat.
-
Kaji fungsi gastro intestinal dengan auskultasi suarar usus.
-
Kaji paralitic ileus à suara usus (-), distensi abdomen, tidak flatus.
-
Insersi NG tube intra operatif mencegah komplikasi post
operatif dengan decompresi dan drainase lambung.
Meningkatkan istirahat.
Memberi kesempatan
penyembuhan pada GI trac bawah.
Memonitor perdarahan.
Mencegah obstruksi usus.
Irigasi atau pemberian
obat.
Jumlah, warna, konsistensi isi
lambung tiap 6 – 8 jam.
Sistem Integumen.
- Luka bedah sembuh sekitar
2 minggu. Jika tidak ada infeksi, trauma, malnutrisi, obat-obat steroid.
- Penyembuhan sempurna
sekitar 6 bulan – satu tahun.
- Ketidak efektifan
penyembuhan luka dapat disebabkan :
Infeksi luka.
Diostensi dari udema /
palitik ileus.
Tekanan pada daerah luka.
Dehiscence.
Eviscerasi.
b. Drain dan Balutan
Semua
balutan dan drain dikaji setiap 15 menit pada saat di ruang PAR, ( Jumlah,
warna, konsistensi, dan bau cairan drain dan tanggal observasi).
Dan
minimal tiap 8 jam saat di ruangan.
c. Pengkajian Nyeri
d. Nyeri post operatif berhubungan dengan luka bedah , drain dan posisi intra operative.
Kaji
tanda fisik dan emosi; peningkatan nadi dan tekanan darah, hypertensi,
diaphorosis, gelisah, menangis.
Kualitas
nyeri sebelum dan setelah pemberian analgetika.
Pemeriksaan Laboratorium.
Dilakukan
untuk memonitor komplikasi .
Pemeriksaan
didasarkan pada prosedur pembedahan, riwayat kesehatan dan manifestasi pot
operative. Test yang lazim adalah elektrolit, Glukosa, dan darah lengkap.
Diagnosis Keperawatan.
- Gangguan pertukaran gas, s.d efek sisa anesthesia, imobilisasi, nyeri.
- Gangguan integritas kulit s.d luka pemebedahan, drain dan drainage.
- Nyeri s.d incisi pembedahan dan posisi selama pembedahan.
- Potensial terjadi perlukaan s.d effect anesthesia, sedasi, analgesi.
- Kekurangan volume cairan s.d kehilangan cairan intradan pot operasi.
- Ketidak efectifan kebersihan jalan nafas s.d peningkatan skresi.
- Perubahan eliminasi urine ( penurunan) s.d obat anesthesia dan immobilisasi.
PERENCANAAN
- Gangguan pertukaran gas
Tujuan :
Klien akan mempertahankan ekspansi
paru dan fungsi pernapasan yang adekuat.
Intervensi :
-
Posistioning klien untuk mencegah aspirasi
-
Insersi mayo à mencegah obstruksi,
melakukan suction.
-
Pemberian aksigen
-
Endotracheal tube/mayo dilepas à refleks gag kembali..
-
Dorong batuk dan bernapas dalam 5 – 10 x setiap 2 jam.
Khususnya 72 jam pertama (potensial komplikasi :atelektasis, pneumonia).
-
Klien dengan penyakit paru, orang tua, perokok, panas
spirometer.
-
Suction.
- Gangguan integritas kulit
Tujuan :
-
luka klien akan sembuh tanpa komlikasi luka post operatif.
Penyebab luka infeksi :
-
kontaminasi selama pembedahan
-
infeksi preoperative
-
teknik aseptic yang terputus
-
status klien yang jelek.
Intervensi :
-
Terapi obat :
antibiotik profilaksis
spectrum luas (24 – 72 jam post op)
perawatan luka dengan gaas
antibiotik.
-
Balutan luka : ganti sesuai order dokter. Luka yang ditutup
dengan balutan dibuka 3-6 hari.
-
Drain :
evakuasi cairan dan udara
mencegah luka infeksi yang
dalam dan pembentukan abses pada luka bedah.
- Nyeri
Tujuan : klien akan mengalami pengurangan nyeri akibat luka bedah dan
posisi selama operasi.
Intervensi :
- Terapi obat :
·
Pemberian anlgetik narkotik dan non narkotik à nyeri akut (meperidin hydroclorida,
morphine sulphate, codein sulphate, dan lain-lain.)
·
Mengkaji tipe, lokasi ditensitas nyeri sebelum pemberian
obat.
·
Pada pembedahan yang luas à kontrol nyeri à iv pump.
·
Observasi tekanan darah, pernapasan, kesadaran, (depresi
napas, hyotensi, mual, muntah à komplikasi narkotik).
Metode pangendalian nyeri yang lain :
- positioning
- perubahan posisi tiap 2 jam
- masase
Evaluasi
:
Kriteria
hasil yang diharapkan pada klien post op adalah :
- Mempertahankan ekspansi paru dan fungsi yang adekuat yang ditandai suara napas jernih.
- Mengikuti diet TKTP
- menjelaskan dan mendemonstrasikan perawatana balutan dan drain.
- Penyembuhan komplit tanpa komplikasi
- Mengungkapkan nyeri hilang.