Jumat, 21 Desember 2012

ASKEP PADA KLIEN INTOKSIKASI

ASKEP INTOKSIKASI (KERACUNAN)

1. Pengertian
Racun adalah zat yang ketika tertelan, terisap, diabsorbsi, menempel pada kulit atau dihasilkan di dalam tubuh dalam jumlah yang relative kecil menyebabkan cedera dari tubuh dengan adanya reaksi kimia.
Intoksikasi atau keracunan adalah masuknya zat atau senyawa kimia dalam tubuh manusia yang menimbulkan efek merugikan pada yang menggunakannya. Keracunan melalui inhalasi dan menelan materi toksik, baik kecelakaan dan karena kesengajaan, merupakan kondisi bahaya kesehatan. Sekitar 7% dari semua pengunjung departemen kedaruratan dating karena masalah toksik.
 

    Etiologi
 a.       Zat  kimia 
b.      Makanan 
c.       Obat-obatan

Patofisiologi

               Botulisme adalah suatu bentuk keracunan yang spesifik, sebagai akibat penyerapan toksin yang dikeluarkan oleh clostridium botulinum. Toksin botulinum mempunyai efek farmakologis yang sangat spesifik yaitu menghambat hantaran pada serabut saraf kolinergik. Pada penyelidikan diperlihatkan bahwa sejumlah kecil toksin mengganggu hantaran saraf di dekat percabangan akhir dan di ujung serabut saraf dan menghambat dan menginaktivasikan enzim asetilkolinesterase. Enzim secara normal menghancurkan asetilkolin yang dilepaskan oleh susunan saraf pusat, ganglion autonom, ujung – ujung saraf simpatis dan ujung – ujung saraf motorik. Hambatan asetilkolinesterase menyebabkan tertumpuknya sejumlah besar asetilkolin pada tempat –tempat tersebut.
           Pada susunan saraf pusat, perangsangan permulaan akan segera di ikuti dengan depresi sel-sel yang menyebabkan kekejangan (konvulsi).yang kemudian di ikuti dengan gangguan / penurunan kesadaran.rangsangan permulaan dan di ikuti dengan hambatan pada ganglion autonom menyebabkan gangguan / disfungsi yang bervariasi dan multiple alat-alat tubuh yang dipersyarafi oleh system syaraf autonom. Penumpukan asetilkolin pada ujung syaraf simpatis menyebabkan konstriksi pupil, penglihatan kabur, stimulasi otot-otot intestinal, kontriksi otot-otot bronchial dengan gejala-gejala gangguan pernapasan: penekakan aktifitas cardiac pace maker.



2. Macam-macam Keracunan
1.    Mencerna (menelan) racun
Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi.
Penatalaksanaan umum :
a.    Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak ada    kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi.
b.    Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat.
c.    Tangani syok yang tepat.
d.    Hilangkan atau kurangi absorbsi racun.
e.    Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk      menurunkan efek toksin.
f.    Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat.
g.    Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditela, yaitu:
    Diuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal.
    Dialisis
    Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien.
h.    Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi.
i.     Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit.
j.    Menurunkan peningkatan suhu.
k.    Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri.
l.    Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah.
m.    Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma.
n.    Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang.
o.    Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.
  Minta konsultasi dokter jiwa jika kondisi tersebut karena usaha bunuh diri
  Pada kasus keracunan pencernaan yang tidak disengaja berikan pencegahan racun dan instruksi pembersihan racun rumah pada pasien atau keluarga.

2.     Keracunan melalui inhalasi
 Penatalaksanaan  umum :
a.    Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela.
b.    Longgarkan semua pakaian ketat.
c.    Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan.
d.    Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut.
e.    Pertahankan pesien setenang mungkin.
f.    Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun.

3.    Keracunan makanan
Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat terjadi setelah menelan makanan atau minuman yang terkontaminasi.
     Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan:
1.    Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak-banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah.
2.    Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya.
3.    Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia.
4.    Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi.
5.    Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif.

4.    Gigitan ular
Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh.
Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi :
•    Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.
•    Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.
•    Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).
•    Menentukan keparahan dampak  keracunan.
•    Memantau tanda vital.
•    Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada beberapa titik.
•    Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan pemeriksaan pembekuan).

5.    Sengatan serangga
Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk.
Penatalaksanaan umum:
    Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk mempercepat absorbsi.
    Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang tepat untuk membendung aliran vena dan limfatik.
    Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut:
-    Injeksi segera dengan epineprin
-    Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari
-    Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es
-    Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan
-    Laporkan pada fasilitas perawatan kesehatan terdekat untuk pemeriksaan lebih lanjut.


3.  Gambaran Klinik
Yang paling menonjol adalah kelainan visus, hiperaktifitas kelenjar ludah, keringat dan gangguan saluran pencernaan, serta kesukaran bernafas.
Gejala ringan meliputi : Anoreksia, nyeri kepala, rasa lemah, rasa takut, tremor pada lidah, kelopak mata, pupil miosis.
Keracunan sedang : nausea, muntah-muntah, kejang atau kram perut,  bradikardi.
Keracunan berat : diare, reaksi cahaya negatif, sesak nafas, sianosis, edema paru, inkontenesia urine dan feces, koma
 

4.  Penatalaksanaan
1.    Resusitasi.
Setelah jalan nafas dibebaskan dan dibersihkan,periksa pernafasan dan nadi.Infus dextrose 5 % kec. 15- 20 tts/menit .,nafas buatan,oksigen,hisap lendir dalam saluran pernafasan,hindari obat-obatan depresan saluran nafas,kalu perlu respirator pada kegagalan nafas berat. Hindari pernafasan buatan dari mulut kemulut, sebab racun organo fhosfat akan meracuni lewat mlut penolong.Pernafasan buatan hanya dilakukan dengan meniup face mask atau menggunakan alat bag – valve – mask.

2.    Eliminasi.
Emesis, merangsang penderita supaya muntah pada penderita yang sadar atau dengan pemeberian sirup ipecac 15 - 30 ml. Dapat diulang setelah 20 menit bila tidak berhasil. Katarsis, ( intestinal lavage ), dengan pemberian laksan bila diduga racun telah sampai diusus halus dan besar. Kumbah lambung atau gastric lavage, pada penderita yang kesadarannya menurun,atau pada penderita yang tidak kooperatif. Hasil paling efektif bila kumbah lambung dikerjakan dalam 4 jam setelah keracunan.
Keramas rambut dan memandikan seluruh tubuh dengan sabun.
Emesis,katarsis dan kumbah lambung sebaiknya hanya dilakukan bila keracunan terjadi kurang dari 4 – 6 jam . pada koma derajat sedang hingga berat tindakan kumbah lambung sebaiknya dukerjakan dengan bantuan pemasangan pipa endotrakeal berbalon,untuk mencegah aspirasi pnemonia.

3.    Anti dotum (penawar racun)

Atropin sulfat ( SA ) bekerja dengan menghambat efek akumulasi Akh pada tempat penumpukan.
a. Mula-mula diberikan bolus IV 1 - 2,5 mg
b. Dilanjutkan dengan 0,5 – 1 mg setiap 5 - 10 - 15 menitsamapi timbulk gejala-gejala atropinisasi ( muka merah,mulut kering,takikardi,midriasis,febris dan psikosis).
c. Kemudian interval diperpanjang setiap 15 – 30 - 60 menit selanjutnya setiap 2 – 4 –6 – 8 dan 12 jam.
d. Pemberian SA dihentikan minimal setelaj 2 x 24 jam. Penghentian yang mendadak dapat menimbulkan rebound effect berupa edema paru dan kegagalan pernafasan akut yang sering fatal.
 

5.  Asuhan Keperawatan
a.    Pengkajian.
Pengkajian difokusakan padfa masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran.
Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya.

b.    Intervensi.
• Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut.
• Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian SA.
• Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi demamatau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter.
• Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa diperlukan.
• Jika keracunan sebagai uasaha untuk mebunuh diri maka lakukan safety precautions . Konsultasi psikiatri atau perawat psikiatri klinis. Pertimbangkan juga masalah kelainan kepribadian, reaksi depresi, psikosis neurosis, mental retardasi dan lain-lain.


DAFTAR PUSTAKA

www.google.com

Bresler, Michael Jay.2006. Manual kedokteran Darurat. Jakarta : EGC
Mohammad, Kartono.1993. Pertolongan Pertama. Jakarta: PT Gramedia
Putra, Tjok Raka.1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC
Widodo, Djoko.2003. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Balai Pustaka
Brunner and Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.vol.3.Jakarta:EGC

Tidak ada komentar: