Sabtu, 26 November 2011

Insomnia Tingkatkan Risiko Serangan Jantung


Orang yang mengalami kesulitan tidur memiliki risiko serangan jantung yang lebih tinggi. Hubungan antara insomnia dan peningkatan risiko serangan jantung memang masih belum jelas, tapi gangguan tidur berpengaruh terhadap tekanan darah dan peradangan yang bisa menjadi faktor risiko serangan jantung.

"Insomnia cukup umum dan mudah diobati. Penting bagi orang-orang untuk menyadari hubungan antara insomnia dan serangan jantung. Sebaiknya berkonsultasilah dengan dokter jika memiliki gangguan tidur," kata Dr Lars Erik Laugsand, internis dari Norwegian University of Science and Technology di Trondheim.

Laugsand bersama timnya mengumpulkan data pada hampir 53.000 orang pria dan wanita yang berpartisipasi dalam survei kesehatan nasional di tahun 1995 hingga 1997 dan diminta menjawab pertanyaan tentang kebiasaan tidurnya. Para peneliti juga mengidentifikasi hampir 2.400 orang yang mengalami serangan jantung pertama selama 11 tahun berikutnya.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang mengalami kesulitan tidur hampir setiap hari mengalami 45 persen peningkatan risiko serangan jantung, dibandingkan dengan mereka yang tidak mengalami gangguan tidur.

Selain itu, orang yang mengalami kesulitan untuk tetap tertidur memiliki risiko 30 persen lebih tinggi terkena serangan jantung dibandingkan dengan yang tidak memiliki kesulitan untuk tetap tidur. Orang yang tidak merasa segar setelah tidur malam juga memiliki 27 persen peningkatan risiko serangan jantung, dibandingkan dengan yang merasa segar.

Menurut para peneliti, 33 persen dari populasi umum setidaknya memiliki satu gejala insomnia. Selain itu, kajian sebelumnya yang lebih kecil telah menemukan hubungan antara penyakit jantung dan insomnia serta tekanan darah tinggi dan serangan jantung.

Penelitian yang dilansir HealthDay, Selasa (25/20/2011) ini juga mencatat ada dua keterbatasan penting yang perlu diperhatikan. Pertama, peneliti tidak mempertimbangkan apnea tidur obstruktif, gangguan yang menyebabkan tidur terganggu karena jeda pernapasan selama tidur. Kedua, hasil ini mungkin tidak berlaku untuk Amerika karena jam dan pola tidur yang berbeda dengan Norwegia.

Temuan ini hanyalah sebatas hubungan dan sebab akibatnya belum terbukti. Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengkonfirmasi temuan dan mengungkap mekanisme yang mungkin menyebabkan hubungan tersebut.

"Kajian sebelumnya telah menghasilkan hasil yang beragam dan masih belum diketahui apakah tidur yang lebih nyenyak menghasilkan jantung yang sehat," kata Dr. Gregg Fonarow, profesor kardiologi di University of California, Los Angeles dan juru bicara American Heart Association.

"Satu penjelasan yang mungkin untuk temuan ini adalah bahwa semua proses metabolisme dalam tubuh diatur oleh apa yang disebut irama sirkadian yang bervariasi antara siklus tidur-bangun," kata Dr Edward A. Fisher, The Leon H. Charney Profesor Kedokteran Kardiovaskular di Langone NYU Medical Center di New York City.

"Telah diketahui bahwa hewan yang terganggu ritme sirkadiannya berisiko mengalami perubahan metabolisme. Jika hal ini terjadi pada manusia, akan meningkatkan risiko penyakit jantung," ujar Fisher.


sumber dari sini

Tidak ada komentar: